Irfan Setiaputra, Presiden Direktur Cipta Kridatama: Kami Bukan Penguasa, Pasar yang Berkuasa
Tabloid Kontan | Jakarta - Untuk pertama kali PT Cipta Kridatama mengantongi kontrak jasa pertambangan di luar batubara. Presiden Direktur Cipta Kridatama membeberkan strateginya memimpin anak usaha PT ABM Investama Tbk.
Sewaktu saya ditunjuk sebagai pimpinan Cipta Kridatama, yang saya lakukan pertama adalah melakukan pemetaan. Sebab, bergerak di industri jasa pertambangan sebenarnya tidak semudah yang orang katakan. Memang, kami ialah kontraktor pertambangan yang tugasnya hanya mengeruk dan memindahkan batubara ke pelabuhan. Tapi, perusahaan ini tetap membutuhkan pemetaan.
Yang saya lakukan adalah membuat pemetaan kompetisi dan masalahnya, kemudian menentukan tujuan jangka panjang serta solusi jangka pendeknya. Terlihat sederhana memang. Tapi jangan salah, lo, kerja kami berat lantaran memerlukan perlatan yang mahal. Maklum, batubara yang kami pindahkan setiap bulan bisa mencapai tiga juta metrik ton.
Kemudian, sebagai pimpinan perusahaan yang bergerak di jasa pertambangan, saya harus sadar bahwa perusahaan bukanlah penguasa, melainkan pasar yang berkuasa. Perusahaan jasa pertambangan tidak seperti Apple Inc. yang bisa menentukan harga lewat strategi marketing atau branding, yang membuat orang yang memakai produknya merasa eksklusif.
Kami tidak seperti itu. Saya tidak bisa datang ke klien dan berpromosi soal batubara de-ngan berbagai macam kata manis. Sebab, harga batubara dilihat dari kalorinya. Selesai sampai di situ. Jadi, Anda tidak mungkin berpromosi soal bagaimana mendapatkan batubara itu, misalnya. Jatuhnya tidak masuk akal jika perusahaan berpromosi seperti itu. Jadi, seorang pemimpin semestinya sadar terhadap kenyataan tersebut dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan perusahaan. Itu sebabnya, saya menghindari mendengar analisis para ahli mengenai pergerakan batu-bara, karena informasi ini tidak banyak membantu perusahaan batubara. Seperti yang saya katakan tadi, perusahaan batubara memang tidak bisa mengontrol harga komoditas ini.
Penulis: Agung Jatmiko
Hal: 28