Kasepuhan Ciptagelar Rindukan Bantuan Pemerintah
Jakarta Finance Today - Kampung Gede, Kasepuhan Ciptagelar. Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terletak sekitar 1.200 meter di atas permukaan lam. Kampung itu ada di lereng Gunung Halimun.
Saat wartawan Finance Today dan beberapa wartawan Ibu Kota tiba di kampung ini Jumat malam pekan lalu, halaman kampung dan rumah warga diterangi lampu listrik. Bukan pemandangan biasa tentunya, mengingat sulitnya mencapai tempat itu. Kami diterima dan menginap di Imah Gede, rumah besar milik Abah Ugi Sugriana Rakasiwi (26), pemimpin Kesepuhan Ciptagelar. Kesepuhan adalah organisasi adat dari Kesatuan Adat Banten Kidul, subetnik Sunda yang masih tradisional. Masyarakat dari Kesatuan Adat Banten Kidul, Kesepuhan Ciptagelar tersebar di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, dan kabupaten Lebak, Banten. "Warga di tiga kabupaten yang di bawah Abah ada 568 kampung. Kalau di Sukabumi ada di 10 desan dan dua kecamatan. Ada 50 kampung di Sukabumi," jelas Abah Ugi.
Menurut Abah Ugi, masyarakat di Kesepuhan Ciptagelar menikmati listrik sejak 1988. Saat itu Kesepuhan Ciptagelar masih berpusat di Kampung Ciptarasa. Almarhum Abah Anom, ayahnya, bersama warga membuat turbin dari bekas kumparan magnet motor yang dililit ulang. Turbin itu digunakan untuk membangkit listrik dari generator menggunakan tenaga air di Cipulus, tak jauh dari kampung Gede. Kincir pembangkit hanya menggunakan kayu dan generator sederhana yang didapatkan dari kota. Listrik yang dihasilkan antara 3.000 watt Saat itu hanya ada 65 rumah di kampung Ciptarasa.
Namun, atas dorongan dan bantuan dari Institut Teknologi bandung (ITB), Abah Anom dan warga membuat turbin yang lebih besar. Juga dengan bahan kayu. Pada 1990 pembangkit itu mampu menghasilkan 30 ribu watt untuk kampung Ciptarasa, dan juga menerangi desa Simaresmi dan desa Sinagali. Namun pembangkit itu hanya bertahan hingga 1992 karena menggunakan alat sederhana.
Beruntung Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), salah satu yayasan, mengajukan diri untuk merehabilitasi turbin Cipulus. Pembangkit itu mampu menghasilkan listrik 30 ribu watt pada 1998. Pada tahun yang sama, ITB dan IBEKA juga membuat turbin di Ciptarasa yang mampu menghasilkan listrik 30 ribu watt.
Tiga tahun berselang, pusat Kesepuhan Ciptagelar "hijrah" dari kampung Ciptarasa ke kampung Gede atas "wangsit" yang djterima Abah Anom. Pembangkit listrik hikro hidro (PLTMA) di Cipulus kini dayanya telah berkurang karena telah lama beroperasi. Pembangkit itu beberapa kali direhab atas bantuan Pemerintah " Jepang dan mampu menghasilkan listrik 60 ribu watt Namun seiring waktu, bendungan untuk PLTMA sebagian mengalami kerusakan sehingga hanya mampu menghasilkan 20 ribu-40 ribu watt saja. Sementara PLTMH di Ciganas yang menerangi desa Ciptrasa juga rusak setelah 2008 banjir besar menerjang pembangkit tersebut. Padahal pembangkit itu mampu menghasilkan listrik 80 ribu watt.
"Kalau di Cipulus belum direhab, masih seadanya. Tetapi beruntung teman-teman dari IBEKA dan Sewatama, mau rehab turbin yang di Ciptarasa," kata dia.
Sewatama yang dimaksud Abah Ugi adalah PT Sumberdaya Sewatama, anak usaha PT ABM Investama Tbk (ABMM), di lini bisnis penyediaan ketenagalistrikan. Setelah diperbaiki pada 2012, PLTMA Ciganas yang dibangun atas kerja sama IBEKA, Sewatama, dan Kesepuhan Ciptagelar mampu menghasilkan listrik 100 kw (100 ribu watt). Sewatama juga ikut membangun infrastruktur listrik yang dibutuhkan di wilayah itu. PLTMH telah mengaliri lsitrik bagi warga sejak commissioning pada Juni 2013 dan sedang dipersiapkan untuk diresmikan.
Menurut Abah Ugi, terdapat lebih dari 1.400 kepala keluarga (KK) di desa Simaresmi dengan pemakaian rata-rata 100 watt per KK Namun daya yang tidak maksmimal dari PLTMH membuat warga hanya menikmati listrik pada malam hari. Padahal ada bengkel, mesin jahit yang membutuhkan listrik. Dia ingin agar warga meningkatkan perekonomiannya dengan memanfaatkan listrik dari sumber energi yang ada. Namun keterbatasan daya membuat beberapa rencana jangka panjang peningkatan ekonomi seperti usaha kerajinan tangan, mebel dan sebagainya, masih belum dapat dilaksanakan.
Meski minim bantuan dan tanggapan, Abali Ugi akan tetap mengajukan permohonan bantuan dari pemerintah untuk perbaikan sarana listrik di Kasepuhan Ciptagelar. Dia berharap pemerintah tidak hanya memikirkan bagaimana memajukan masyarakat di perkotaan tetapi juga memikirkan masyarakat di pedalaman.